Jumat, 26 Oktober 2018

Soal dan Pembahasan Kimia Dasar : Reaksi Pada Larutan Aqueos

Soal 1 : Tinjauan molekular : reaksi pada larutan
Sebuah bijih barium diketahui mengandung BaCO3. Sebanyak 1,542 gram sampel bijih tersebut direaksikan dengan HCl untuk melarutkan BaCO3. Larutan yang dihasilkan kemudian disaring untuk menghilangkan material yang tidak larut dan kemudian di reaksikan dengan asam sulfat untuk menghasilkan endapan BaSO4. Endapan tersebut kemudian disaring, dikeringkan hingga didapat produk dengan massa 1,159 gram. Berapakah presentasi massa Barium dalam bijih barium tersebut bila diasumsikan seluruh Barium membentuk endapan BaSO4!

JAWABAN
Mr BaSO4 = 137 +32 + (16x4) = 233 gr/mol

1 mol Ba = 1 mol BaSO4



Jadi presentase Barium dalam bijih barium adalah 44,19%





Soal 2 : Tinjauan molekular : reaksi pada larutan
Aspirin adalah sebuah asam monoprotik yang biasa juga disebut asam asetilsalisilat dengan rumus kimia HC9H7O4. Sebuah obat penghilang rasa sakit diuji kandungan aspirinnya dengan melarutkan 0,25 gram obat tersebut dalam air dan dititrasi dengan 0,03 M KOH. Titrasi tersebut membutuhkan 29,4 mL larutan basa. Berapakah presentase berat Aspirin dalam obat tersebut?

JAWABAN

Mr HC9H7O4 = ( 9x12 + 8x1 + 4x16)= 108+8+64 = 180 gr/mol



mol aspirin = mol KOH = 8,82 x10-4 mol


Jadi presentase Aspirin dalam sampel obat adalah 63,5%




Soal 3 : Masalah Multi Konsep (Advanced)
Sebuah sampel yang telah diberi pewarna merah diduga merupakan salah satu dari ketiga senyawa berikut: Magnesium hidroksida, Kalsium hidroksida, atau Zinc oksida. Sebanyak 1,25 gram sampel senyawa merah tersebut dicampur dalam 50 mL air dan ditambahkan 0,5 M HCL 100 mL kedalamnya. Campuran tersebut kemudian di aduk sehingga seluruh sampel larut dengan sempurna. Kelebihan HCl dalam larutan tersebut dinetralisasi melalui titrasi NaOH 0,2 M. Dibutuhkan sebanyak 36 mL NaOH untuk menyempurnakan proses titrasi tersebut hingga seluruh HCl berlebih hilang. Senyawa apakah sampel berwarna merah tersebut? *asumsi pewarna merah adalah inert dan tidak mengganggu seluruh reaksi yang terjadi

JAWABAN



Mr Magnesium hidroksida, Mg(OH)2, = 24 + 2x1 + 2x16 = 58 gr/mol
Mr Kalsium hidroksida, Ca(OH)2, = 40 + 2x1 +2x16 = 74 gr/mol
Mr Zinc oksida, ZnO, = 65 + 16 = 81 gr/mol


Menghitung mol HCl sisa/berlebih



Menghitung mol HCl yang bereaksi dengan sampel



Menghitung Mr Sampel

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel merah tersebut adalah Mg(OH)2 karena memiliki nilai Mr yang serupa yaitu 58,4 gram/mol

Referensi : 
[1] Chemistry : The Molecular Nature of Matter 6th Edition, Jespersen, Brady, Hyslop

Rabu, 17 Oktober 2018

Soal dan Pembahasan Kimia Dasar : Stoikiometri part 2

Soal 1 : Stoikiometri berdasarkan persamaan reaksi
Oksigen dapat diproduksi di laboratorium dengan melakukan dekomposisi pada Potassium Chlorate (KClO3) melalui reaksi berikut:



Berapa banyak oksigen yang dihasilkan dalam kg dari 1 kg KClO3?

JAWABAN

Mr KClO3 = 39 +35.5 + (16 x 3) = 122,5 g/mol
Mr O2 = (16 x 2) = 32 g/mol



Soal 2 : Stoikiometri aplikatif
Mercury (Hg) adalah polutan bagi lingkungan karena senyawa ini dapat dikonversi oleh sejenis bakteria menjadi senyawa yang sangan beracun yaitu dimethyl mercury, (CH3)2Hg. Senyawa ini terbawa dalam rantai makanan dan terakumulasi pada jaringan organisme air khususnya ikan yang membuat ikan-ikan tersebut menjadi tidak aman untuk dikonsumsi. Menurut data, di Amerika saja terdapat 263 ton Mercury yang terlepas ke atmosfer tiap tahunnya. Bila hanya 1 persen dari mercury ini yang akhirnya berubah menjadi dimethyl mercury, berapa banyak senyawa ini terbentuk selama setahun?

JAWABAN

Mr (CH3)2Hg = (2 x (12+3)) + 200,6 = 230,6 g/mol
Mr Hg = 200,6 g/mol

Jumlah Hg yang terlepas ke atmosfer = 263 ton/tahun
Jumlah Hg yang berubah menjadi (CH3)2Hg = 1% x 263 = 2,63 ton Hg

1 mol Hg = 1mol (CH3)2Hg




Soal 3 : Stoikiometri aplikatif
Sebuah sampel senyawa yang terdiri dari chromium dan chlorine sebanyak 0,1246 gram dilarutkan dalam air. Seluruh ion chloride kemudian ditangkap oleh ion perak dan membentuk AgCl. Sebanyak 0,3383 gram AgCl terbentuk dengan metode pelarutan ini. Hitunglah rumus empiris dari senyawa yang terdiri dari Cr dan Cl tersebut!

JAWABAN

Ar Ag = 108 g/mol
Ar Cr = 52 g/mol
Ar Cl = 35,5 g/mol
Mr AgCl = 108 + 35,5 = 143,5 g/mol

Seluruh Cl dalam sampel berubah menjadi AgCl, maka massa Cl dapat dihitung mengggunakan data massa AgCl yang terbentuk




Referensi : 
[1] Chemistry : The Molecular Nature of Matter 6th Edition, Jespersen, Brady, Hyslop

Minggu, 14 Oktober 2018

Soal dan Pembahasan Kimia Dasar : Stoikiometri

Soal 1 : Rumus Empiris
Sebuah sampel Freon mengandung 0,423 gram C, 2,5 gram Cl, dan 1,34 gram F. Tentukanlah rumus empiris dari senyawa Freon ini!

JAWABAN

Dengan nilai massa atom relatif untuk C, Cl, dan F secara berturut-turut adalah sebesar 12, 35,5, dan 19, maka rumus empiris senyawa Freon dapat dihitung sebagai berikut:





Soal 2 : Rumus Empiris
Ketika sebuah sampel senyawa yang tergolong dalam keluarga vitamin D dibakar, 5,983 mg senyawa tersebut menghasilkan 18,490 mg CO2 dan 6,232 mg H2O. Tentukanlah rumus empiris senyawa ini!

JAWABAN

Untuk kasus seperti ini, kita dapat berasumsi bahwa seluruh karbon yang ada di sampel akan muncul sebagai produk CO2. Oleh karena itu, massa karbon di sampel awal akan sama dengan massa karbon yang ditemukan di CO2.




Soal 3 : Rumus Molekul
Strychnine, sebuah racun yang mematikan, memiliki massa molekul 334 dan persen komposisi 75,42 % C, 6,63% H, 8,38% N, dan sisanya Oksigen. Tentukanlah rumus empiris dan rumus molekul Strychnine!

JAWABAN

Dalam penyelesaian kasus ini, kita asumsikan bahwa massa sampel kita adalah 100 gram. Dengan kata lain, kita memiliki 75,42 gram C, 6,63 gram H, 8,38 gram N, dan 9,57 gram O (100 - 75,42 - 6,63 - 8,38 gram).


Referensi : 
[1] Chemistry : The Molecular Nature of Matter 6th Edition, Jespersen, Brady, Hyslop

Rabu, 05 September 2018

Soal dan Pembahasan Fisika Dasar (Kinematika : Gerak Dalam Lintasan Lurus)

Soal 1 : Kecepatan dan Laju rata-rata
Andi diminta untuk datang ke sebuah wawancara di kota A dengan jarak tempuh 300 km. Wawancara dimulai pada pukul 11:15 WIB. Andi berencana untuk berangkat pada pukul 8:00 WIB menggunakan mobil dengan kecepatan 100km/jam agar Andi memiliki waktu lebih untuk mempersiapkan dirinya sebelum wawancara. Namun, setalah 100 km pertama berjalan dengan kecepatan 100 km/jam, ternyata ada perbaikan jalan sepanjang 40 km dan memaksa Andi untuk mengurangi kecepatannya hingga 40 km/jam. Berapa kecepatan terendah agar Andi sampai tepat waktu ditempat wawancara?

JAWABAN



Pada 100 km pertama, Andi masih melaju dengan kecepatan 100 km/jam. Waktu tempuh yang dihabiskan Andi adalah sebagai berikut:


Selama perbaikan jalan, Andi menurunkan kecepatannya hingga 40 km/jam untuk 40 km berikutnya. Waktu yang dihabiskan Andi selama 40 km ini adalah :


Jadi, di 140 km pertamanya, Andi sudah menghabiskan waktu 2 jam (Jam 10.00 WIB)

Waktu yang tersisa untuk menempuh 160 km berikutnya dengan tepat waktu adalah 1 jam 15 menit atau 1,25 jam (15 menit = 0,25 jam).

Sehingga, Kecepatan terendah yang harus dicapai oleh Andi agar datang paling tidak tepat waktu adalah 



Soal 2 : Kecepatan dan Laju rata-rata
Hitunglah kecepatan rata-rata untuk kedua kasus berikut:
(a). Andi berjalan 73,2 m dengan laju 1,22 m/s kemudian berlari sejauh 73,2 m dengan laju 3,05 m/s dalam lintasan lurus
(b). Andi berjalan selama 1 menit dengan laju 1,22 m/s kemudian berlari selama 1 menit dengan laju 3,05 m/s dalam lintasan lurus
(c). Gambarkan grafik x vs t untuk kedua kasus dan tunjukkan bagaimana kecepatan rata-rata bisa terlihat dari grafik tersebut

JAWABAN

(a). Waktu  yang dihabiskan saat Andi berjalan, 



Waktu  yang dihabiskan saat Andi berlari,



Sehingga kecepatan rata-rata yang ditempuh Andi adalah,



(b). Jarak yang ditempuh Andi saat dia berjalan dan kemudian berlari adalah




Sehingga kecepatan rata-rata yang ditempuh Andi adalah,


(c). Untuk kasus pertama pada poin (a), grafik x vs t digambarkan sebagai berikut



Untuk kasus kedua pada poin (b), grafik x vs t digambarkan sebagai berikut


Referensi : 
[1] Fundamental of Physics 8th Edition Extended, Halliday and Resnick

Jumat, 15 Juni 2018

World Cup 2018 Rusia : Chelsea Players Preview (First Match of Group Phase)

Sebanyak 14 pemain Chelsea FC bermain di Piala Dunia 2018 di Rusia yang kemarin telah dibuka oleh pertandingan pertama antara tuan rumah Rusia dan Arab Saudi. Dalam pertandingan tersebut, tuan rumah menang telak 5-0 atas wakil Asia dan berhasil meneruskan trend tuan rumah piala dunia yang belum pernah kalah dalam laga pembuka (termasuk Jepang dan Korsel)

Anyway, as a passionate Chelsea Fans, selama kurang lebih satu bulan kedepan, blog ini bakal berisi tentang bagaimana aksi para pemain Chelsea di Piala Dunia, pada main ga sih sebenernya atau cuma jadi penghangat bangku cadangan saja. Kalaupun main, sebagus apa performa mereka? Yes semua dibahas di beberapa postingan kedepan. 

Postingan ini akan membahas tentang seberapa besar peluang ke 14 pemain Chelsea yang berlaga di piala dunia 2018 ini untuk berada di starting line up pada pertandingan pertama mereka di Grup masing-masing. 

Kita mulai dari Grup B (karena ga ada pemain Chelsea di Grup A ya bapak-bapak),
Azpilicueta, satu-satunya wakil Chelsea di timnas Spanyol mengingat Alonso, Pedro, Fabregas, Morata yang tidak dipilih oleh Lopetegui untuk menjadi 23 orang wakil negaranya memiliki peluang untuk main di starting line up sangat kecil meskipun Azpi sangat versatile di lini belakang. Azpi bisa menjadi bagian dari back 3 bila di perlukan hingga menjadi fullback baik disisi kiri maupun kanan (Versatility yang memang sering dia alami ketika menjadi pemain Chelsea). Memang sih selama ini Azpi lebih sering menjadi back up di timnas Spanyol meskipun di Chelsea dia menjadi satu-satunya pemain yang pada musim pertama Conte selalu bermain di 38 pertandingan liga. Namun, pemecatan Lopetegui membuat adanya harapan Azpi akan main meskipun masih sangat kecil. Tapi mari kita lihat saja nanti malam.

Selanjutnya, Grup C

Kante dan Giroud menjadi wakil Chelsea di squad Perancis dan menurut saya hanya Kante yang posisinya terjamin di starting line-up Prancis di laga pertama ini. Kante, siapa sih yang ga mau jadiin dia starting line up. Peluang Giroud sedikit menipis mengingat cedera kepala yang dia alami di pertandingan persahabatan terakhir dengan pemain Chelsea lainnya yang saat itu mewakili USA, Matt Miazga. Sementara itu, Christensen, meskipun di beberapa pertandingan terakhir EPL mulai jarang dipilih Conte, namun saya rasa peluang Christensen untuk berada di starting line up cukup besar mengingat atributenya yang sangat baik khususnya ball-playing. Mari kita lihat bersama pada 16 Juni 2018.

Grup D, 
Di tim Argentina, Chelsea memiliki wakil Caballero diposisi penjaga gawang. Peluang Caballero cukup besar untuk berada di starting lineup pertandingan perdana mereka melawan Islandia mengingat cedera yang dialami oleh Sergio Romero sesaat sebelum turnamen dimulai. Sementara disisi Nigeria, Victor Moses bisa dipastikan berada di starting line up mengingat perannya yang cukup vital di timnas Nigeria. Sementara rekan senegaranya, Omeruo, yang sejak direkrut oleh Chelsea selalu dipinjamkan hingga saat ini, sangat kecil peluangnya untuk dimainkan. Apalagi lawan yang akan dihadapi adalah Kroatia. 

Grup E, 
Di Grup E, hanya Willian yang menjadi perwakilan Chelsea di Piala Dunia kali ini. Lawan Swis sebenernya agak tricky sih melihat pemain tengah dan sayap yang dimiliki Brazil sangat banyak dan memiliki kemampuan yang luar biasa. Tapi saya rasa peluangnya cukup besar buat Willian mainin pertandingan pertamanya di piala dunia ini dari starting line up. 

Grup F,
Salah satu pemain paling ganas di sisi pertahanan Chelsea musim lalu, Rudiger menjadi satu satunya wakil Chelsea di Grup F ini. Meskipun begitu, namun peluang Rudi untuk berada di starting line up cukup kecil karena memang selama ini dia masih dipakai sebagai backup.

Grup G,
Grup G menjadi grup dengan pemain Chelsea terbanyak (5) dibanding grup-grup lainnya. Hazard dan Courtouis sudah bisa dipastikan berada di starting line up sementara Bhatsuayi harus bersabar memulai dari bangku cadangan karena striker utama Belgia saat ini adalah Lukaku, mantan pemain Chelsea. Sementara itu, di timnas Inggris, Cahill bisa jadi berada di starting line up meskipun tidak ada jaminan yang pasti. Pengalamannya sebagai veteran dilini belakang bisa menjadi poin plus yang akan membuat Southgate memilih Cahill sebagai starter. Disisi lain, meskipun tampil apik pada beberapa laga persahabatan, RLC tampaknya masih belum bisa menembus starting line up Inggris yang sudah diisi oleh pemain seperti Henderson, Dier, Lingard, Ali, dll. Tapi RLC bisa menjadi pemain pengganti paling penting di timnas inggris bila para starter buntu ditengah jalan.


Seperti itulah kira-kira peluang para pemain Chelsea di laga pertama piala dunia ini. Bagaimana menurut kamu? Mari kita sama-sama berharap yang terbaik bagi seluruh pemain Chelsea, tidak ada yang cedera ketika selesai turnamen dan ada yang bisa membawa piala juara ke negaranya masing-masing. Ciao KTBFFH!




Kamis, 14 Juni 2018

Pengendalian Proses Teknik Kimia (Sebuah Pendahuluan)

Materi Pengendalian Proses Teknik Kimia
Referensi utama: Stephanopoulos, G., Chemical Process Control: An Introduction to Theory and Practice, Prentice Hall Inc., NJ, 1984.

An Introduction to Chemical Process Control


Hingga paling tidak sampai tahun 1940an, sebagian besar dari pabrik kimia proses dijalankan secara manual. Peran operator sangat besar untuk memonitor variabel-variabel proses dari suatu pabrik. Tangki-tangki besar sering digunakan, meskipun terkadang tidak ekonomis karena harganya yang cukup mahal, untuk menyaring gangguan-gangguan proses yang mungkin terjadi dengan menjadi penyangga/buffer dengan mengisolasi satu bagian dari proses sebelum gangguan tersebut mempengaruhi proses yang berikutnya. 

Namun, dengan meningkatnya biaya pekerja dan peralatan yang diiringi dengan perkembangan proses yang masif, berkapasitas besar, dan kerumitan lebih tinggi, pada awal tahun 1950an pengoperasian pabrik yang manual menjadi tidak ekonomis dan tidak mungkin untuk dijalankan tanpa adanya peralatan yang mampu mengontrol gangguan secara otomatis. Pada tahap ini, feedback controllers digunakan di beberapa pabrik tanpa mempertimbangkan aspek dinamis dari proses itu sendiri. Hanya pengalaman dan rule of thumb saja yang digunakan untuk perancangan controllernya.

Barulah pada tahun 1960an, para engineer kimia mulai mengaplikasikan analisa dinamis dan teori pengendalian kedalam proses-proses teknik kimia. Banyak dari teknik-teknik tersebut di adaptasi dari ranah elektrik dan penerbangan. Melonjaknya harga energy pada tahun 1970an semakin meningkatkan kebutuhan akan sistem pengendalian yang efektif. Sebagai akibatnya, studi-studi terkait proses dinamik dan control semakin gencar dan vital dalam kurikulum teknik kimia hingga sekarang.

Lalu, seberapa pentingkah pengendalian proses tersebut perlu diterapkan dalam suatu proses kimia? Paling tidak ada 5 aspek penting yang dapat mempengaruhi suatu operasi pabrik kimia yang membuat peran pengendalian proses tersebut semakin kuat, yaitu:

1. Safety. Keamanan dan keselamatan suatu proses kimia merupakan suatu keharusan dan menjadi prioritas pertama dalam menjalankan suatu pabrik demi tercapainya keuntungan dan proses yang berkelanjutan. Oleh karena itu, tekanan, temperatur, konsentrasi senyawa kimia dan berbagai parameter prosesnya haruslah berada dalam batas yang diperbolehkan. Sebagai contoh, bila suatu reaktor di design pada tekanan hingga 10 bar, maka kita harus mengendalikan sistem tersebut sedemikian rupa agar tekanannya selalu berada dibawah dan tidak jauh dari 10 bar. Bila tekanannya berlebih, maka akan membahayakan proses, peralatan, dan pekerja yang berada disekitarnya.

2. Production spesifications. Suatu pabrik haruslah memproduksi produk dengan jumlah dan kualitas yang diinginkan. Sebagai contoh, misalkan suatu pabrik diharuskan untuk memproduksi 200 ton metanol per hari dengan kemurnian minimal 99,5%. Untuk memenuhi kebutuhan kuantitas dan kualitas metanol tersebut, dibutuhkan suatu sistem kontrol yang dapat membantu dan meringankan tugas kita untuk memastikan dan menjaga nilai-nilai tersebut agar keuntungan dan tujuan produksi kita tercapai.

3. Environemental regulations. Pada beberapa negara, termasuk di Indonesia, terdapat aturan-aturan yang mengatur batas ambang temperatur, konsentrasi zat kimia, dan laju alir dari suatu emisi yang dihasilkan dari pabrik kimia. Beberapa yang paling sering dimonitor diantaranya adalah kandungan SO2 yang diemisikan ke atmosfer hingga kualitas air yang dikirim ke badan air seperti sungai dan danau. Sistem kontrol dapat membantu kita untuk memastikan seluruh emisi tersebut memenuhi aturan ambang batas yang ditetapkan oleh lembaga setempat dimanapun pabrik itu berada.

4. Operational constraints. Beberapa peralatan yang digunakan di pabrik kimia memiliki batasan-batasan dalam pengoperasiannya. Batasan tersebut harus dipenuhi selama pengoperasian pabrik. Sebagai contoh, sebuah pompa haruslah dapat menjaga nilai NPSHnya, volume cairan didalam tangki tidak boleh melebih volume tangki tersebut agar tidak luber, kolom distilasi tidak boleh "banjir", temperatur reaktor berkatalis tidak boleh melebihi batas tertentu agar katalisnya tidak rusak dan sebagainya. Sistem kontrol sangat dibutuhkan untuk menjamin pemenuhan batasan operasi tersebut.

5. Economics. Pengoperasian pabrik harus memenuhi kondisi pasar seperti ketersediaan bahan baku atau tingkat pembelian dari produk yang dihasilkan. Proses tersebut harus seekonomis mungkin dalam hal penggunaan bahan baku, energi, hingga para pekerjanya. Oleh karena itu, kondisi operasi harus diatur dan dijaga sedemikian rupa agar selalu berada posisi optimal yang meminimalisasi biaya operasi namun juga menghasilkan keuntungan yang besar.

Secara garis besar, terdapat 3 cara sistem kontrol dapat memenuhi 5 aspek diatas:

Menekan pengaruh dari variable gangguan
Menjamin kestabilan proses kimia
Mengoptimalkan kinerja dari suatu proses kimia

Referensi Tambahan:
1. Luyben, W., Process Modelling, Simulation, and Control for Chemical Engineers, 2nd Ed, McGraw-Hill Publ. Co., Singapore, 1990
2. Seborg, D.E., Edgar, T.F., Mellichamp, D.A., Process Dynamics and Control, John-Wiley and Sons Inc. Singapore. 1989

Senin, 04 Juni 2018

Kimia Organik Teknik Kimia: Senyawa Aromatik (Tata Nama)

Materi Teknik Kimia, Kimia Organik: Senyawa Aromatik
Referensi: Organic Chemistry by David R Klein (2011), Organic Chemistry by Fessenden (1982)

Senyawa Aromatik (Tata Nama)

Senyawa ini disebut sebagai senyawa aromatik karena pada awalnya banyak senyawa golongan ini yang diisolasi dari tanaman dan pohon yang memberikan bau yang sedap atau dalam hal ini ber"aroma". Meskipun setelah itu para ahli kimia berhasil menemukan bahwa banyak juga senyawa turunan benzen yang nyatanya tidak berbau sama sekali, istilah "aromatik" masih dipakai untuk menggolongkan senyawa-senyawa turunan benzen tersebut.

Penamaan Senyawa Turunan Alkana : Benzena Monosubtituen 
Benzen dengan 1 buah subtituen (monosubtitusi) diberi nama dengan benzen sebagai rantai utamanya dan subtituennya sebagai bagian dari imbuhan pada namanya. Benzen yang diikat oleh gugus etil diberi nama etilbenzen. Benzen yang diikat oleh gugus -Cl (chloro) diberi nama klorobenzen. Benzene yang diikat oleh ion nitronium (NO2+) disebut sebagai nitrobenzen.
Contoh penamaan monosubtitusi benzena
Beberapa senyawa aromatik memiliki nama umum yang juga diterima oleh IUPAC selain nama strukturalnya. Metilbenzen lebih dikenal sebagai Toluene, nama yang dia peroleh dari awal mula ditemukan senyawa tersebut dari alam (tolu balsam, ekstrak tanaman yang berasal dari amerika selatan). Sementara Benzenol lebih dikenal sebagai Phenol. 

Toluene dan Phenol
Bila subtituennya memiliki rantai yang lebih panjang daripada rantai benzennya atau dengan kata lain bila subtituennya memiliki atom karbon lebih dari 6, maka yang berperan sebagai subtituennya kali ini adalah benzen itu sendiri dan disebut sebagai gugus fenil. Terkadang, gugus fenil yang berperan sebagai subtituen disimbolkan dengan huruf Ar untuk menandakan keberadaan cincin aromatik.
Benzena sebagai subtituen

Penamaan Senyawa Turunan Alkana : Benzena Disubtituen
Sistem penamaan senyawa turunan benzen yang memiliki 2 subtituen bisa menggunakan aturan angka maupun sistem orto, meta, para. Prefix orto menandakan bahwa kedua subtituen berada diposisi 1,2 satu sama lain dalam cincin benzen. Prefix meta menandakan bahwa kedua subtituen memiliki hubungan 1,3. Prefix para menandakan bahwa kedua subtituen memiliki hubungan 1,4. Penggunaan istilah ini eksklusif hanya untuk Benzena disubtituen dan tidak digunakan untuk sikloheksan dan sistem cincin lainnya.
konfigurasi orto meta para
Penamaan Senyawa Turunan Alkana : Benzena Polisubtituen
Terdapat beberapa langkah untuk memberikan nama benzena dengan subtituen yang lebih dari 2 yang sebenarnya berlaku pula dalam penamaan alkana, alkena, alkuna, dan alkohol yaitu sebagai berikut:

1. Tentukan dan beri nama rantai utamanya
2. Tentukan dan beri nama subtituennya
3. Berikan nomor pada tiap subtituen
4. Susun subtituen secara alfabetik

Rantai utamanya tidak selalu serta merta benzen saja namun bisa pula dan sering digunakan benzen yang telah tersubtitusi sebagai rantai utama. Misalnya kita ambil contoh senyawa berikut ini

Senyawa diatas memiliki rantai utama phenol yang merupakan benzen yang telah tersubtitusi oleh -OH. Sistem ini lebih efisien karena melihat phenol dengan 2 subtituen saja yaitu -Br. Meskipun sebenarnya kita bisa melihat senyawa tersebut sebagai benzen yang memiliki 3 subtituen yaitu -OH dan 2 buah -Br. Sayangnya, sistem penamaan ini dianggap kurang efisien dan tidak sering digunakan.

Berikutnya, perihal penomoran, bila rantai utamanya adalah benzena yang telah tersubtitusi seperti anilin dan toluen, maka nomor 1 dalam sistem penomorannya berada diposisi subtituen tersebut yaitu pada NH2 atau CH3. Pada contoh diatas, nomor 1 nya berada diposisi -OH karena rantai utamanya adalah Phenol.

Penomoran berikutnya (2,3,4,5,6) ditentukan sedemikian rupa sehingga subtituen kedua memiliki angka serendah mungkin. Lihat contoh berikut
Nomor 1 sudah pasti dimiliki oleh -OH. Penomoran berikutnya muncul pilihan apakah kita mengurutkan nomornya searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam. Bila kita memilih searah jarum jam, subtituen berikutnya (-Br) baru ditemukan pada posisi nomor 3 sementara bila kita memilih berlawanan arah jarum jam, subtituen berikutnya (-Cl) sudah ditemukan pada posisi nomor 2. Oleh karenanya, penomoran dipilih yang berlawanan arah jarum jam karena subtituen kedua memiliki angka yang paling rendah yaitu 2.

Catatan terakhir, pastikan penyusunan namanya diurutkan sesuai alfabet. Pada contoh diatas yang dalam bahasa inggris, Bromo ditulis terlebih dahulu daripada Chloro.